Selfie menggambarkan salah satu kendala kejiwaan. dimana seorang amat mengagungkan pujian ataupun sanjungan dari teman . seorang pelakon selfie amat mau memperoleh atensi dari teman . selfie merupakan suatu perbuatan amalan hati.
takutnya hendak mencuat watak takabur, ujub ataupun riya’. selfie membahayakan untuk seorang paling utama dia merupakan seseorang muslim. lebih parah lagi bila dicoba oleh seseorang muslimah.
mereka berupaya memonyong – monyongkan bibirnya, menjulurkan lidahnya dan juga mengambil gambar se – unyu bisa jadi. perihal ini sudah menyirnakan watak malu pada diri seorang. sementara itu kerasa malu merupakan sebagaian dari cabang keimanan.
ustadz felix siaw menarangkan secara gamblang betapa selfie ini menyirnakan kerasa malu.
islam memandang kerasa malu merupakan akhlak yang amat utama di dalam agama. terlebih lagi rasulullah saw bersabda, “sesungguhnya tiap agama mempunyai akhlak, dan juga akhlak islam merupakan malu” (hr ibnu majah)
terlebih untuk perempuan, kerasa malu ini merupakan baju menurutnya, jadi hiasan tersadu yang dapat dipakai oleh seseorang perempuan.

rasulullah pula bersabda, “keimanan itu terdapat 70 sekian cabang ataupun keimanan itu terdapat 60 sekian cabang. seutama – utamanya yakni perkataan ‘la ilaha illallah’ dan juga serendah – rendahnya yakni menghilangkan kendala dari jalur, dan juga malu itu merupakan cabang dari keimanan” (hr bukhari muslim)
karenanya bahaya selfie ini dikhawatirkan hendak membawakan kita amat banyak pada takabbur, riya, dan juga amat sedikir watak ujub, yang ketiganya merupakan penghancur amal salih.
kita tidak lagi berkata kalau selfie tentu ujub, riya, takabbur, tidak sempat. kita juga tidak mangulas halal dan juga haramnya.
selfie kita kembalikan lagi bagaikan salah satu metode photo, dan juga difoto merupakan boleh. tetapi apakah salah kala kita bernasihat kalau hati – hati seringnya selfie ini berujung pada ujub, riya, takabbur?
“tiga dosa yang membinasakan, watak pelit yang ditaati, hawa nafsu yang dituruti, dan juga ujub seorang terhadap dirinya” (hr thabrani).